Thursday, June 30, 2011

Me Vs Ponakan

Saya suka sekali dengan anak kecil. Sehari-hari kerjaan berhubungan dengan anak kecil. Kelucuan dan kepolosan mereka selalu mempesona dengan cara masing-masing.

Kakak perempuanku punya satu anak (another one is on the way), perempuan, namanya Josephine, dipanggilnya Ine. Umurnya 3 tahun. Dia sangat suka kerupuk, cokelat dan es krim, pokoknya semua yang berbau dan berasa cokelat.

Ine
Anak ini pintar sekali bicara, menimpali dan beralasan. Suatu kali waktu kami mau pulang ke rumah Ibu dan bapak, dia harus berpisah dengan Ayahnya.
Bunda: "Ine, ayahnya dicium dulu, kan mau pulang."
Ine     : " Ga mau, ah."
Bunda: " Kenapa?"
Ine     : "Ga kangen."

lain waktu di perjalanan dari Tasik ke Purwokerto,
Ine     : "Ine mau e'ek...."
Bunda: "Sebentar, ya, nak. Ini sudah mau sampai."
Ine     : "Mau E'EK!!!"
Tiba-tiba bau memenuhi mobil...
Bunda panik: "Aaah, sudah keluar, ya?? Aduh, cari toilet, Yah.. cari toilet!!!"
Akhirnya ketemu sebuah mini market dan menumpanglah nabung di WCnya.
Setelah kembali dari toilet (yang mana saya tidak ikut di acara keluarga itu), sang Bunda mengatakan bahwa setelah poopnya Ine dapat dikeluarkan, Ine langsung berkata: :Aduuh, enaknya sudah keluar."

masih banyak jawaban-jawaban dan kata-kata lucu yang keluar dari mulut si kecil. Sebagai tantenya, saya bangga dan sangat menikmati bercakap-cakap dengan dia, karena dia bisa diajak ber-reasoning. Tetapi, kadang-kadang, kami juga teman berantem.
Dia sangat ingin tahu. Suatu saat HPku di cengkeramnya, kamera juga. Takut jatuh, aku minta barang-barang itu, tetapi dia bilang: "Tidak mau, ini punya Ine." "Enak aja, itu punya Aunty!!" balasku tak mau kalah. Jadilah perebutan.
Suatu saat dia gemes sekali sama Ciko, anjingku. Mungkin karena dia suka lihat kami menelus Ciko dengan kaki, dia ikut-ikutan, tapi bukannya mengelus, dia menginjak, atau menjerit di dekat Ciko sampai Ciko kaget. Aku bilangin dia (pertama-pertama saja), tapi lama-kelamaan, aku marahin dia.
Adikku yang pulang kerja membelikan dia seperangkat alat musik mainan. Asyik sekali, aku pun mau mencoba. Ada satu drum band. Ine sedang tidak memainkannya, jadi aku mau coba. waktu dia lihat aku main, dia rebut mainan itu dan bilang, "Jangan!" "Iih, pinjam!" Kami berebut sebentar, tapi dia yang menang.

Banyak lagi hal-hal yang kami ributkan. Masalahnya, dia berumur 3 tahun, dan aku lebih dari dua puluh. Kalau dipikir-pikir lagi, ini memalukan. kadang-kadang aku merasa sebal karena semua pasti untuk dia duluan. Aku beli susu kedelai yang enak sekali di Bandungan. Aku beli untuk dibawa pulang supaya yang lain bisa ikut minum. Ine sudah minum di pabriknya. Eh, kakakku bilang karena Ine suka, nanti yang separuh itu untuk Ine, yang separuh lagi untuk Ibu, bapak, Mbak Lis dan Rila. Tentu aja aku nyolot. Kok semua mesti buat dia dulu. Yang ini sih jelas salah emaknya.

Kadang, saya pikir kalau aku kurang bisa bersikap dewasa. Kedewasaan bukan sebanding dengan umur. Aku masih terlalu santai menghadapi hidup ini. Jalani apa yang ada, tidak suka dengan kesulitan, jadi sebisa mungkin dihindari. Saya tahu ini tidak baik, tapi, I can't help it!